Bagaimana Menghadapi Siswa yang Selalu Mendapatkan Nilai Jelek di Mapel yang Kita Ajarkan?

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar dan menyampaikan materi bisa dilihat dari hasil evaluasi atau penilaian terhadap siswa. Guru atau sekolah biasanya menentukan standar kriteria kelulusan minimal, di mana siswa yang berhasil dalam mengerjakan soal, tugas atau ujian, diartikan sudah memahami materi ajar atau menguasai keahlian tertentu yang disampaikan dan diharapkan oleh guru.

Dalam melihat hasil kemampuan belajar siswa, beberapa siswa belum berhasil mencapai atau melampaui nilai KKM. Beberapa siswa bisa saja belum memahami materi yang diajarkan oleh guru dengan rata-rata nilai yang menunjukkan hasil rendah daripada standar yang guru inginkan. Lalu, bagaimana jika ada siswa yang selalu mendapatkan nilai jelek atau sering kali menunjukkan prestasi di bawah standar KKM yang ditentukan guru dalam mata pelajaran yang kita ajarkan?

Guru mungkin pernah menemui beberapa siswa yang selalu mendapatkan nilai jelek dalam mata pelajarannya. Hal yang wajar kalau mata pelajaran ini mungkin dianggap sulit bagi siswa, namun guru bisa mencari dan mengupayakan cara agar siswa berhasil (memperbaiki nilai jelek siswanya). Permasalahan tersebut perlu diatasi dengan tepat, supaya siswa tidak merasakan ketertinggalan dibandingkan siswa lainnya.

Hal ini juga mungkin akan memengaruhi penilaian mata pelajaran lainnya yang berkaitan, bahkan dapat mengganggu siswa dalam belajar di jenjang selanjutnya. Sebelum menghadapi atau mengatasi siswa yang sering kali mendapatkan nilai-nilai jelek di mata pelajaran yang diampu guru, mungkin beberapa penyebab ini menjadi alasan siswa yang perlu diketahui seorang guru.

Penyebab Siswa Mendapatkan Nilai Jelek

1. Siswa Tidak Menyukai Gurunya

Bukan hanya siswa, guru juga memiliki ciri khas masing-masing yang berbeda. Terutama dalam hal cara dan gaya saat mengajar. Guru yang dianggap tidak menyenangkan atau ditakuti siswa (guru killer) sering kali dihindari jam pelajarannya dan bahkan cenderung membolos.

Selain itu, siswa juga cenderung mengikuti kelas dengan malas-malasan (kurang bersemangat), dia akan terpaksa terlihat fokus menyimak penjelasan guru. Padahal siswa merasa takut dan ogah mendengarkan materi yang disampaikan guru, sehingga fokus belajar bukan karena siswa mampu memahami namun terpaksa mengikuti pembelajaran hingga akhir.

2. Siswa Tidak Menyukai Mata Pelajarannya

Guru mungkin sudah mencoba mengajar dengan cara yang sabar dan perlahan, agar siswa benar-benar memahami materi yang disampaikan. Namun, beberapa materi atau mata pelajaran mungkin tidak disukai oleh siswa karena bukan minat siswa, tidak menarik dan menyenangkan bagi siswa, atau siswa bingung untuk apa belajar mata pelajaran tersebut.

Untuk mengatasi siswa yang tidak menyukai gurunya,  guru terlebih dahulu perlu mencari tahu alasan siswa. Guru dapat membuat survei atau jejak pendapat pada siswa mengenai dirinya maupun mata pelajaran yang diampunya. Survei ini dapat dikombinasikan dengan permainan tertentu dalam waktu yang singkat.

Guru juga dapat memanfaatkan sela-sela waktu setelah pelaksanaan evaluasi pengajaran. Cara ini juga dapat memberikan hasil efektif jika memang alasan siswa mendapatkan nilai jelek karena tidak menyukai mata pelajarannya. Selanjutnya, hasil survei ini dapat menjadi sarana kritik untuk guru agar menjadi bahan evaluasi diri dalam proses pengajaran.

Tips Belajar Matematika yang Menyenangkan
Hal pertama yang harus kamu lakukan agar Matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan adalah tanamkan pemikiran bahwa Matematika tidaklah rumit.

Jika guru sudah mengetahui beberapa alasan siswa sering kali mendapatkan nilai jelek, kemudian guru dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk mengatasi siswanya.

Tips Mengatasi Siswa yang Mendapatkan Nilai Jelek

1. Menunjukkan Empati pada Siswa

Meskipun siswa belum pernah menunjukkan antusias saat proses pengajaran, siswa belum mendapatkan hasil atau prestasi yang baik dalam mata pelajaran yang diampu, guru tetap menunjukkan empatinya kepada siswa. Guru dapat memberikan apresiasi kepada setiap siswanya, baik yang sudah berhasil maupun belum.

Bagi siswa yang dianggap masih belum tuntas, guru dapat memberikan dorongan dan semangat lebih dari sebelumnya. Beberapa guru mungkin belum melakukan ini, karena cukup merepotkan dan menguras waktu tenaga guru. Namun, hal-hal baik dan perbuatan sederhana ini bisa jadi memberikan perubahan lebih baik dan positif bagi siswa.

2. Tetap Memberikan Apresiasi Hal Positif Darinya

Tiap siswa memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing. Meskipun anak terlihat nakal atau kurang baik yang ditampilkan dari perilakunya. Siswa tetaplah individu yang sedang mengalami atau menjalani proses pembelajaran dalam hidupnya. Guru sebagai pendidik, pembimbing, juga fasilitator bagi siswa harus tetap memberikan apresiasi positif dalam dirinya. Guru harus memiliki pandangan yang positif juga dari berbagai sisi untuk melihat hal-hal baik yang ada dalam diri siswa.

3. Memberikan Motivasi dan Ingatkan Siswa untuk Tetap Semangat

Sesuai dengan poin sebelumnya, guru bisa memberikan motivasi dan pengingat siswa sehingga mendorongnya agar lebih bersemangat. Apabila siswa mendapatkan nilai yang jelek juga membuat siswa pasrah, sedih, atau merasa kecewa dengan prestasinya. Bahkan mungkin juga kecewa pada dirinya, karena ketidakmampuannya mencapai ketuntasan sebagaimana teman-teman yang lain. Oleh karena itu, guru dapat memberikan motivasi dan mendorong siswa, jika dia pun pasti bisa.

4. Fokus pada Topik yang Kurang Dipahami dan Cari Tahu Kesulitan yang Dihadapi Siswa

Cara ini juga relevan dengan mengetahui sebab-sebab atau alasan mengapa siswa mendapatkan nilai yang jelek pada mata pelajaran yang diampu guru. Guru bukan berfokus menyalahkan pribadi siswa yang tidak mampu memahami atau mencapai target pembelajaran yang telah ditentukan guru. Namun, guru bisa berfokus pada kendala yang dihadapi oleh siswa dengan mencari tahu tingkat kesulitannya.

5. Mendengarkan (Sharing) Keluh Kesah Anak yang Dihadapi Saat Proses Belajar

Guru dapat meluangkan jeda waktu istirahat atau meminta jam tertentu untuk dapat berdiskusi dengan siswa tanpa diketahui siswa lainnya. Guru bisa melakukannya di sekolah atau dengan mendatangi rumah siswa (home visit), agar lebih leluasa mendengarkan keluh kesah anak dan menggali lebih dalam kendala yang dihadapi anak ketika nilainya selalu jelek dalam mata pelajaran yang diajarkan guru.

Hal ini merupakan tindakan nyata guru dalam berempati kepada siswa, sekaligus mengetahui mengenai kendala yang dihadapi. Guru juga bisa menjalin silaturahmi dan kedekatan dengan siswa maupun mendorong orang tua agar lebih memperhatikan perkembangan anaknya saat di rumah. Dengan memperoleh informasi secara langsung dari siswa dan orang tua, kemudian guru dapat memberikan masukan atau menerima saran dari orang tua, melalui kegiatan sharing atau musyawarah tertutup.

6. Jangan Membandingkan Siswa dengan Siswa Lain

Tiap siswa merupakan individu yang hidup di lingkungan berbeda-beda, dibesarkan dengan cara berbeda, memiliki orang tua atau wali yang mendampingi di rumah dengan sikap dan pandangan berbeda, juga tingkat kecerdasan yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut membuat siswa memiliki ciri khas dan karakteristik yang beragam pula dalam belajar dan memahami suatu hal.

Mengapa Terbiasa Mengerjakan Latihan Soal Penting Bagi Siswa?
Latihan soal bisa membuat siswa tahu, mana materi yang sudah dikuasai mana yang belum.

Oleh karena itu, seorang siswa tidak bisa disamakan kemampuannya dengan siswa lainnya. Terutama dalam kecepatan proses belajar. Seorang guru yang baik sewajarnya tidak membandingkan siswa yang mendapatkan nilai jelek di mata pelajaran tertentu dengan siswa yang mampu mendapatkan hasil yang memuaskan di semua mata pelajaran.

Tindakan membandingkan siswa ini bisa berdampak kurang baik pada anak, terutama dalam hal kepribadian siswa. Salah satunya dalam hal kepercayaan diri maupun kurangnya rasa optimis jika siswa tidak berhasil. Siswa mungkin akan merasa malas untuk berusaha, karena selalu dibandingkan dengan siswa lainnya. Siswa juga merasa tidak akan dihargai meski telah mencoba berkali-kali.