Wacana Menggantikan Kurikulum Merdeka, Apa itu Kurikulum Deep Learning?

Perbincangan tentang pergantian kurikulum semakin santer mencuat setelah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti memberi isyarat mengenai  pengkajian ulang pada Kurikulum Merdeka. Kurikulum baru ini dikenal sebagai Kurikulum Deep Learning.

Dilansir dari website AWZ, istilah Deep Learning merupakan suatu metode yang digunakan dalam kecerdasan buatan mengajarkan komputer untuk memproses data terinspirasi otak manusia. Model Deep Learning dapat mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, atau data lainnya untuk menghasilkan wawasan dan prediksi yang akurat.

Terinspirasi dari konsep tersebut, wacana penerapan Kurikulum Deep Learning dicetuskan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui pendekatan yang lebih mendalam dan berfokus pada keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa unggahan video yang viral di sosial media juga mengasosiasikan Kurikulum Deep Learning yang dianggap lebih mendalam dan sederhana dibandingkan dengan Kurikulum Merdeka.

Mendikdasmen mengungkapkan bahwa Kurikulum Deep Learning ini tidak hanya sebatas penggantian nama saja, tetapi juga merupakan langkah strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam pidatonya, Abdul Mu'ti mengatakan, "Pendekatannya adalah mengurangi volume materi namun dengan eksplorasi mendalam."

Apa yang Dimaksud dengan Kurikulum Deep Learning?

sumber: https://www.pexels.com

Menurut Encylopedia of the Science of Learning (2011: 915), dijelaskan bahwa deep learning atau pembelajaran yang mendalam adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan perenungan yang cukup banyak dan mencakup penerapan keterampilan berpikir kritis yang berguna untuk memecahkan masalah. Dalam penerapannya, pendekatan ini kontras dengan kegiatan pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk menghapal suatu fakta atau konsep. Adapun tujuan dari pembelajaran deep learning ini bukan untuk memberi materi yang sulit kepada siswa, tetapi untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pemahaman yang bermakna.

Contoh Aksi Nyata Pelatihan Mandiri Merdeka Belajar
Pada Modul 2 Merdeka Mengajar dengan topik “Mendidik dan Mengajar”, guru diajak untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

Menurut John Biggs dan Catherine Tang di dalam bukunya yang berjudul Teaching for Quality Learning at University (2007: 93), dijelaskan bahwa pembelajaran mendalam merupakan pembelajaran baru yang harus terhubung dengan pembelajaran sebelumnya, sehingga sangat membantu guru dalam mengajar. Dengan adanya deep learning ini ditekankan bahwa topik pembelajaran harus saling berkaitan.

Kurikulum Deep Learning adalah gagasan baru yang dirancang untuk menggantikan Kurikulum Merdeka, tetapi dengan pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, mengungkapkan bahwa tujuan dari kurikulum ini yaitu untuk membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran secara lebih baik melalui metode yang menekankan pada pemikiran kritis dan eksplorasi.

Dalam penerapannya, deep learning ini melibatkan perenungan bagi siswa agar mereka bisa terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar, seperti mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan penyelidikan yang mendalam. Pada kesempatan ini, siswa akan diarahkan agar dapat memahami konsep secara mendalam, termasuk bagaimana konsep-konsep tersebut bisa saling berkaitan.

Proses ini melibatkan kegiatan analisis, sintesis, dan evaluasi informasi yang memungkinkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang sudah diketahui siswa. Dengan demikian, siswa tidak hanya sekadar menerima informasi yang diberikan guru saja, tetapi mereka juga dapat ikut berperan dalam memproses kegiatan pembelajaran mereka sendiri.

Berbeda dengan konsep Kurikulum Merdeka yang menekankan pada fleksibilitas (keluwesan) guru dalam mengajar dan murid belajar. Terdapat tiga elemen dalam penerapan Kurikulum Deep Learning. Berdasarkan penjelasan Mendikdasmen, Abdul Mu'ti, Kurikulum Deep Learning memiliki tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning. Setiap elemennya dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang tidak sekadar mengutamakan pengetahuan saja, tetapi juga menciptakan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

Mindfull Learning: Menghargai Keunikan dan Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran

Mindfull Learning bertujuan untuk memberi ruang bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar. Pada kesempatan ini para pendidik akan memperhatikan perbedaan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Melalui pendekatan Mindfull Learning ini, diharapkan siswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan diskusi, eksperimen, dan eksplorasi terhadap materi yang sedang diajarkan.

Misalnya, ketika membahas tentang konsep-konsep Sains, guru tidak hanya sekadar menjelaskan teorinya saja, tetapi juga turut mengajak siswa untuk memahami peran materi tersebut dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, pembelajaran tentang kegunaan air dalam kegiatan sehari-hari yang dapat dilakukan melalui eksperimen di laboratorium. Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan mampu mengaitkan materi pembelajaran di kelas dengan kehidupan nyata mereka.

Meaningfull Learning: Pentingnya Pembelajaran yang Relevan

Meaningfull Learning mengajak siswa untuk memahami alasan dari setiap materi yang telah mereka pelajari. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menekankan bahwa setiap siswa perlu mengetahui manfaat dari materi yang mereka pelajari dan kegunaannya di kehidupan nyata.

Pada kesempatan ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang akan membantu siswa untuk mengaitkan pelajaran dengan penerapannya di dunia nyata. Misalnya, dalam pelajaran Matematika, guru bisa saja menjelaskan tentang bagaimana suatu konsep Matematika secara teori dan langsung memberikan contoh soal untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep tersebut. Namun, diharapkan melalui pendekatan ini guru juga turut menjelaskan bagaimana konsep tersebut bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pemahaman ini, siswa dapat lebih termotivasi dan antusias dalam belajar.

Joyfull Learning: Menciptakan Pembelajaran yang Bermakna dan Menyenangkan

Dalam penerapannya, Joyfull Learning tidak hanya bertujuan untuk membuat kegiatan belajar yang menyenangkan saja, tetapi juga berfokus pada kepuasan siswa terhadap pemahaman materi yang mendalam. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menekankan bahwa tujuan dari Joyfull Learning ini yaitu untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya merasa senang saja, tetapi juga benar-benar memahami materi yang sedang dipelajari.

7 Tips Melaksanakan Asesmen yang Inovatif
Asesmen belajar memungkinkan guru melakukan bimbingan serta penyuluhan, sekaliguss mengarahkan mereka pada studi lanjut

Misalnya, dalam pembelajaran Sejarah guru dapat mengadakan kegiatan diskusi yang dapat melibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya sekadar belajar Sejarah sebagai materi yang harus dihapal, tetapi siswa juga dapat memahami konteks historis secara lebih mendalam. Melalui Joyfull Learning ini diharapkan siswa bisa lebih bersemangat dalam mempelajari setiap mata pelajaran.      

Persiapan dan Target Peluncuran Kurikulum Deep Learning

sumber: https://www.pexels.com

Rencananya Kurikulum Deep Learning akan diterapkan pada tahun 2025. Dalam pidatonya, Abdul Mu'ti menekankan bahwa penting bagi setiap pendidik untuk memiliki persiapan yang matang, terutama dalam hal pelatihan guru dan menyediakan infrastruktur yang memadai. Proses transisi menuju kurikulum baru ini akan melibatkan pelatihan intensif bagi guru agar mereka bisa mengadopsi pengajaran yang berfokus pada siswa.

Selain itu, perubahan mindset guru juga menjadi elemen penting dalam menerapkan Kurikulum Deep Learning ini. Pada kesempatan ini, guru dituntut lebih untuk fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan siswa. Keberhasilan kurikulum ini sangat bergantung pada ketersediaan para pendidik untuk beradaptasi dengan pendekatan yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.