7 Tips Menerapkan Merdeka Belajar Selama Belajar di Rumah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Mendikbud Nadiem Makarim menetapkan program Merdeka Belajar sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan. Program Merdeka Belajar juga dianggap paling sesuai dengan konsep pendidikan 4.0 ini.
Lalu, bagaimana penerapan program Merdeka Belajar ini? Bisakah sekolah tetap bisa menerapkan konsep Merdeka Belajar selama siswa belajar dari rumah? Bagaimana tips yang bisa dilakukan sekolah untuk menerapkan program Merdeka Belajar selama belajar dari rumah?
Merdeka Belajar
Merdeka Belajar adalah slogan dari Sekolah Cikal yang dipinjam oleh Kemendikbud. Konsep Merdeka Belajar menjadi arah baru dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
Bagian yang paling penting sebelum melakukan Merdeka Belajar adalah perlunya kemerdekaan berpikir. Konsep Merdeka Belajar sendiri bertujuan menciptakan unit pendidikan, mulai dari sekolah, guru hingga murid untuk memiliki kebebasan dalam bertindak maupun berinovasi selama proses pembelajaran berlangsung. Pada konsep Merdeka Belajar, pembelajaran akan dilakukan secara aktif. Murid ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tak lagi berpusat pada guru. Ada empat pokok kebijakan dalam program Merdeka Belajar ini, yaitu:
1. UN diganti AN
Tahun 2021, Ujian Nasional (UN) dihapuskan. UN diganti dengan Asesmen Nasional (AN). Ada tiga komponen yang dinilai dalam Asesmen Nasional ini, yaitu Asesmen Kemampuan Minimum, Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.
Asesmen Kemampuan Minimum (AKM) ditujukan untuk menguji kemampuan literasi dan numerasi murid. Berbeda dengan UN yang diperuntukkan bagi murid tingkat akhir, AKM ditujukan untuk murid-murid di tingkat menengah, yaitu kelas 5 SD, 8 SMP dan 11 SMA. Tujuannya agar hasil AKM ini bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas murid pada jenjang berikutnya. Literasi dan numerasi menjadi indikator penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada level internasional seperti PISA dan TIMSS.
Survei Karakter ditujukan untuk menghasilkan murid dengan karakteristik Profil Pelajar Pancasila. Harapannya, proses pendidikan mampu membuat setiap murid memiliki kepribadian Pancasila.
Ada enam karakter pada Profil Pelajar Pancasila ini,
Pertama, Pelajar Pancasila adalah pelajar yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia.
Kedua, Pelajar Pancasila adalah pelajar yang berkebhinekaan global.
Ketiga, Pelajar Pancasila adalah pelajar yang memiliki kemampuan gotong royong atau melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar dan ringan.
Keempat, Pelajar Pancasila adalah pelajar yang mandiri, artinya mampu bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.
Kelima, Pelajar Pancasila adalah pelajar yang bernalar kritis, yakni mampu secara objektif memproses berbagai informasi dan membangun keterkaitan antara berbagai informasi, lalu menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.
Keenam, Pelajar Pancasila adalah pelajar yang kreatif, yakni mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinil, bermakna, bermanfaat, serta berdampak.
Sedangkan Survei Lingkungan Belajar adalah survei untuk sekolah. Tujuan dari survei ini adalah mengetahui gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif dalam mengembangkan kompetensi dan karakter murid (mulai dari ciri pengajaran yang baik, sampai program dan kebijakan sekolah yang membentuk iklim akademik, sosial, dan keamanan yang kondusif). Hal ini diharap membantu sekolah lebih memahami apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
2. USBN menjadi tanggung jawab sekolah
Pada program Merdeka Belajar, Kemendikbud mengembalikan kewenangan USBN kepada masing-masing sekolah. Bentuk dari USBN sendiri dibebaskan. Kemendikbud memberi kesempatan kepada sekolah dalam menentukan bentuk penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan lainnya.
3. Penyederhanaan RPP
Merdeka Belajar tak hanya memberikan kesempatan bagi murid untuk bebas belajar, tetapi guru juga punya kebebasan dalam mengajar. Agar guru memiliki banyak kesempatan bereksplorasi dengan kegiatan mengajarnya, Mendikbud meminta RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dibuat sederhana. RPP cukup satu lembar saja. Sehingga guru bisa punya banyak waktu untuk kegiatan belajar dan peningkatan kompetensi.
4. Perluasan sistem zonasi
Terakhir, Merdeka Belajar juga berkaitan dengan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Pada konsep Merdeka Belajar, PPDB dilakukan dengan sistem zonasi. Sistem zonasi diperluas dengan memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi jalur afirmasi dan prestasi. Pemerintah daerah diberikan kewenangan luas dalam sistem zonasi ini.
Belajar dari Rumah
Adanya pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu, memberikan perubahan besar dalam dunia pendidikan. Proses pendidikan yang semula dilakukan di sekolah, kini hanya bisa dilakukan di rumah. Murid-murid belajar dari rumah.
Proses belajar dari rumah ini tentu tidak mudah. Banyak sekali hambatannya. Sehingga banyak penelitian menyebutkan bahwa, selama pandemi ini prestasi belajar murid cenderung turun.
Belajar dari rumah ternyata tidak efektif. Murid-murid kesulitan memahami pelajaran. Begitu juga dengan guru, banyak yang kesulitan mengajar dengan baik selama pandemi ini. Belajar dari rumah yang menggunakan sistem daring, nyatanya membuat semua pihak tertatih-tatih menyesuaikan diri.
Lantas, bagaimana dengan program Merdeka Belajar yang sudah ditetapkan? Bisakah menerapkan Merdeka Belajar selama belajar dari rumah?
Tips Menerapkan Program Merdeka Belajar Selama Belajar dari Rumah
Kemendikbud juga berusaha semaksimal mungkin agar program Merdeka Belajar ini tetap bisa diterapkan selama belajar dari rumah. Berikut 7 tips menerapkan program Merdeka Belajar selama belajar dari rumah.
1. Buat kesepakatan belajar
Agar murid bisa tetap disiplin meskipun belajar dari rumah, sebelum memulai pelajaran hendaknya guru dan murid bersama-sama membuat kesepakatan belajar. Kesepakatan belajar ini yang nantinya menjadi norma bersama selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Kolaborasi bersama orangtua
Sekolah perlu menjalin kolaborasi yang baik dengan orangtua. Saat belajar dari rumah, orangtua adalah partner guru dalam mendampingi murid belajar. Kolaborasi ini nantinya menyukseskan program Merdeka Belajar.
3. Blended learning
Sistem blended learning dianggap mampu menjembatani segala kesenjangan selama proses belajar dari rumah. Dengan menggabungkan pembelajaran daring dan luring, konsep Merdeka Belajar bisa diterapkan dengan baik.
4. Menggunakan kurikulum darurat
Ketika pandemi terjadi, Kemendikbud mengeluarkan kurikulum darurat. Kurikulum darurat ini bertujuan untuk menyederhanakan proses pembelajaran. Agar pembelajaran tetap efektif dan program Merdeka Belajar tetap berjalan dengan baik.
5. Memakai modul dari Kemendikbud
Kemendikbud juga mengeluarkan modul pembelajaran agar program Merdeka Belajar ini bisa diterapkan selama belajar dari rumah. Modul ini bertujuan untuk membantu proses belajar dari rumah dengan mencakup uraian pembelajaran berbasis aktivitas untuk guru, orang tua dan murid.
6. Melakukan asesmen diagnostik
Penerapan program Merdeka Belajar selama belajar dari rumah juga bisa dilakukan dengan asesmen diagnostik. Asesmen dilakukan pada semua kelas secara berkala untuk mendiagnosis kondisi kognitif dan non-kognitif murid sebagai dampak belajar dari rumah.
Asesmen non-kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional murid. Seperti, kesejahteraan psikologi dan sosial emosi , kesenangan murid selama belajar dari rumah, serta kondisi keluarga murid.
Sementara asesmen kognitif, ditujukan untuk menguji kemampuan dan capaian pembelajaran murid. Selanjutnya, hasil asesmen digunakan sebagai dasar pemilihan strategi pembelajaran dan pemberian remedial atau pelajaran tambahan untuk murid yang paling tertinggal.
7. Active learning
Agar belajar dari rumah sesuai dengan prinsip Merdeka Belajar, maka sekolah perlu menerapkan active learning. Dalam active learning ini, guru tidak menjadi pusat pembelajaran. Murid lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran.
Demikian 7 tips sekolah menerapkan program Merdeka Belajar selama belajar dari rumah. Semoga tips ini bisa membantu Anda untuk menerapkan program Merdeka Belajar meski di tengah pandemi.