7 Tips Agar Pelaksanaan Mengajar Tatap Muka Setelah PJJ Terasa Senormal Mungkin
Kemendikbud pada 20 November 2020 lalu mengumukan akan membuka kembali sekolah pada semester genap januari 2021 nanti. Kebijakan ini disetujui dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) empat (4) Kementrian yaitu Kemndikbud, Kemenkes, Kemendagri, dan Kemenag.
Alasan dikeluarkan SKB didasarkan oleh beberapa faktor, seperti mengejar ketertinggalan pelajaran para peserta didik karena berbagai kendala Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), seperti inftrastruktur, akses internet yang tidak merata, mental dan tekanan psikologis, serta minimnya pengetahuan juga kemampuan dalam mengoptimalkan sumber belajar daring.
PJJ yang sudah berjalan beberapa bulan ini dinilai masih belum efektif terutama untuk pembelajaran pada daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Keputusan pembukaan sekolah ini juga bersifat tidak serentak, artinya Kemendikbud akan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, kantor wilayah (kanwil) dan orang tua melalui komite sekolah untuk mempertimbangkan dan memberikan ijin pembelajaran tatap muka.
Tentu saja dengan adanya kebijakan ini, tidak hanya pemerintah yang perlu bersiap, para guru dan seluruh stakeholder pendidikan juga perlu menyesuaikan diri dengan kondisi pembelajaran baru. Tujuannya agar ketika pelaksanaan KBM tatap muka berlangsung bisa dijalankan senormal mungkin.
Kesiapan Pemerintah
Kebijakan pembukaan sekolah pada januari 2021 nanti juga diikuti dengan dikeluarkannya aturan protokol kesehatan di sekolah. Aturan ini tertuang dalam Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.
Nadiem mengatakan bahwa walaupun pemerintah berupaya untuk segera membuka sekolah, namun kesehatan dan keselamatan guru dan peserta didik tetap harus menjadi prioritas utama.
"Kesehatan dan keselamatan peserta didik pendidik tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat merupakan prioritas utama kami dalam menetapkan kebijakan ini, termasuk tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial, keduanya tidak bisa dipisahkan," ungkap Nadiem.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan pembukaan sekolah januari nanti cukup berbahaya, karena pembukaan sekolah idealnya seperti di negara lain dan standar yang ditetapkan WHO, minimal positifity rate 5% atau di bawahnya. Sementara di Indonesia saat ini angkanya masih di atas 10%.
Sehingga menurutnya pemerintah harus memperhatikan 3T (testing, tracing, treatment) dan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun) secara konsisten, masif, dan agresif, terutama di lingkungan sekolah.
Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti, juga mengungkapkan pentingnya peran dan andil pemerintah pada masa new normal pembelajaran tatap muka nanti.
Pemerintah pusat perlu membuat sistem informasi, komunikasi, koordinasi, dan pengaduan yang terencana baik sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat bersinergi melakukan persiapan buka sekolah dengan infrastruktur dan protokol kesehatan atau SOP Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di sekolah, jelas Retno.
Kesiapan Guru
Guru menjadi salah satu elemen kunci yang berperan dalam mengkondisikan dan membuat proses KBM menjadi baik dan kondusif. Sehingga diperlukan berbagai persiapan agar pebelajaran tatap muka pasca pandemic bisa dijalankan dengan lancar dan aman.
Selain tetap memprioritaskan protokol dan kesehatan peserta didik, guru juga harus menyiapkan serangkaian strategi dan metode pembelajaran agar peserta didik bisa menyesuaikan diri dengan normal.
Umumnya saat PJJ para siswa mengalami masalah mental dan psikologi karena waktu yang banyak dihabiskan di depan gawai dan di rumah. Hal ini membuat siswa menjadi kurang motivasi dalam belajar dan stres.
Sehingga ada baiknya hal pertama yang harus diberikan kepada peserta didik adalah treatment pemulihan mental dan psikologi. Usahakan pada minggu pertama siswa tidak terlalu dibebankan dengan materi dan tugas yang berat. Bangun suasana kelas yang hangat dan menyenangkan agar siswa bisa nyaman dan cepat beradaptasi.
Guru bisa memulai pembelajaran dengan bertanaya kepada para siswa mengenai kegiatan dan pengalaman selama BDR dan diisi dengan candaan ringan agar suasana menjadi rileks. Terpenting selama KBM guru harus tetap memastikan para siswa mengikuti protokol Kesehatan seperti jaga jarak, pakai masker, tidak berkerumun, dan sebagainya.
Kesiapan Siswa dan Orangtua
Kondisi yang membosankan selama PJJ membuat para siswa menjadi mudah stres dan tidak fokus dalam belajar. Kondisi yang tidak kondusif di rumah sampai akses internet yang kurang baik membuat BDR selama pandemi menjadi kurang efektif.
Ketika pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan nantinya, siswa harus siap dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di sekolah. Orangtua memiliki peran yang vital untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada anak mengenai protokol kesehatan sesuai dengan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Anak juga harus dibiasakan dengan kondisi mental yang baik, agar memiliki motivasi yang baik dalam belajar dan tidak mudah stres.
Poin penting ketika sekolah tatap muka kembali dijalankan pastikan semua berjalan normal dan aman.
Berikut 7 tips agar pelaksanaan KBM tatap muka bisa berjalan senormal mungkin.
1. Bangun Mental Anak dengan Joyfull Learning
Saat peralihan pembelajaran dari daring ke dalam pembelajaran tatap muka tentu saja diperlukan kembali penyesuaian. Sehingga sebagai guru perlu mempersiapkan dan mengatur proses KBM di kelas agar berlangsung menyenangkan dan berfokus pada pemulihan psikologis anak.
Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan menerapkan pembelajaran joyfull learning. Guru memposisikan diri sebagai fasilitator dan mitra belajar siswa. Menurut Paulo Fraire, Joyfull Learning adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi tekanan, baik tekanan fisik maupun psikologis.
Dengan adanya penerapan strategi ini, diharapkan akan terbangun kepercayaan diri dan keaktifan para siswa sehingga akan terbentuk perasaan nyaman dan semangat dalam belajar.
2. Jalin Komunikasi & Keterhubungan
Hal penting agar pembelajaran tatap muka bisa tetap berjalan normal adalah terjalinnya komunikasi dan keterhubungan yang baik antara guru juga murid.
Dengan banyak berinteraksi diharapkan dapat membantu menguatkan kemampuan komunikasi para murid serta menciptakan kedekatan emosional diantara sesama murid dan kepada guru.
Guru juga perlu merancang pembelajaran yang saling terintegrasi antara satu topik dengan topik lainnya dengan memberikan penjelasan yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Hal ini agar proses KBM bisa berjalan dengan cepat dan efektif. Sehingga guru tidak perlu mengulangi kembali materi yang sudah disampaikan.
Guru wajib untuk selalu bertanya dan meminta feedback dari para siswa, agar bisa mengetahui kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh murid.
3. Fokus Pada Praktik Kontekstual
Agar proses KBM tidak berjalan membosankan, maka guru perlu untuk selalu berimprovisasi dalam pengajaran. Sebaiknya fokus pembelajaran ditekankan pada praktik berbasis proyek. Siswa disuruh untuk membuat proyek atau studi kasus yang bersifat kontekstual dan menyangkut isu kekinian.
Dengan membiarkan siswa belajar dan praktik secara mandiri akan membangun keterampilan kreatif, analisa, kritis, pemecahan masalah dan elaboratif.
4. Waktu Belajar Cepat Namun Efektif
Banyak cara yang bisa dilakukan agar pembelajaran dapat efisien dan efektif. Tentu saja saat KBM tatap muka di masa new normal kebanyakan siswa belum sepenuhnya fokus.
Inilah peran guru dalam merancang dan mengelola pembelajaran agar siswa bisa tetap menerima pelajaran dengan baik meskipun kondisi pada masa awal pembelajaran belum kondusif. Guru bisa memberikan penugasan dan latihan soal yang bisa dikerjakan di rumah melalui gawai.
Guru tidak harus menjelaskan atau menyuruh siswa mencatat seluruh materi yang ada pada buku atau modul. Hal itu hanya akan membuang waktu dan membuat para siswa menjadi tidak semangat belajar.
Cara tersebut juga tidak menjamin seluruh siswa akan paham dengan konsep materi yang diberikan. Sehingga guru bisa menyampaikan konsep dasar saja dengan cara menyampaikan poin inti untuk kemudian bisa langsung masuk ke latihan kuis, tugas analisa, studi kasus, dan lainnya.
5. Metode Pembelajaran yang Fleksibel
Pembelajaran di era modern saat ini menuntut proses KBM yang cepat dan dinamis. Guru tidak bisa hanya berpatokan pada satu sumber materi, media, dan metode pembelajaran. Guru harus menerapkan setiap metode dengan fleksibel sesuai dengan karakteristik siswa, jenis materi, dan juga tujuan pembelajaran.
Dengan KBM new normal nanti, guru harus bisa memahami kondisi dan kesiapan siswa sehingga bisa menggunakan metode yang tepat dan efektif. Usahakan metode yang dipakai tidak melibatkan siswa dalam sebuah kelompok sehingga menimbulkan kerumunan dan kontak fisik.
Guru dapat menggunakan metode yang bisa diaplikasikan tanpa harus berkumpul dan terjadi kontak fisik, seperti metode inquiry, studi kasus, pemecahan masalah, resitasi, dan sebagainya.
6. Manfaatkan Blended Learning
Kondisi pembelajaran yang belum stabil dan normal membuat para guru harus pintar mengoptimalkan sumber pembelajaran yang tersedia secara optimal.
Pengetahuan dan keterampilan saat PJJ memiliki peranan penting untuk pelaksanaan KBM di waktu mendatang. Guru yang sudah memiliki kemampuan dasar dalam mengelola KBM daring bisa menerapkan pembelajaran hybrid/blended learning.
Misalnya meskipun aktivitas KBM dilakukan tatap muka di dalam kelas, tetapi agar pembelajaran lebih efektif dan efisien, guru dapat membagikan materi dan penugasan secara daring melalui platform daring. Begitupun sebaliknya siswa juga dapat membagikan tugas misalnya melalui WAG atau Google Classroom.
Dengan mengkombinasikan antara pendekatan pembelajaran konvensional dan daring tentu saja akan membantu mengurangi potensi penyebaran COVID-19, juga bisa membuat pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien, dan fleksibel.
7. Terapkan Belajar Pemecahan Masalah
Selama masa PJJ siswa terbiasa belajar menggunakan gawai di rumah dan minim interaksi langsung dengan sesama siswa dan lingkungan sosialnya. Hal ini berakibat pada menurunnya kemampuan sosial dan kepekaan terhadap hal yang terjadi di sekitarnya.
Menurunnya daya kritis dan sosial ini harus menjadi indikator penting yang perlu ditumbuhkan kembali ketika KBM tatap muka dijalankan. Banyak metode dan strategi yang bisa diterapkan oleh guru untuk menumbuhkan kembali keterampilan sosial, kritis, dan pemecahan masalah dalam diri siswa.
Misalnya pada setiap penyampaian materi dan pemberian tugas, guru harus menggunakan contoh kasus yang faktual dan dekat dengan kehidupan para siswa. Dalam pemberian tugas siswa juga perlu diberikan kebebasan dalam menentukan solusi sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman masing-masing. Dengan begitu daya kritis dan elaboratif para siswa secara perlahan akan tumbuh dan terbentuk kembali.
Itu dia beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam menyambut kondisi pembelajaran tatap muka di masa new normal nanti. Guru perlu memperhatikan beberapa poin di atas agar bisa menerapkan KBM tatap muka dengan optimal dan senormal mungkin.
Kondisi pembelajaran yang terus berubah dikarenakan adanya pandemi COVID-19 memang merupakan suatu tantangan yang tidak mudah bagi para guru, siswa dan juga orangtua. Guru maupun siswa harus bisa beradaptasi dengan berbagai pendekatan dan model pembelajaran.
Saat PJJ guru harus bisa belajar untuk mengelola KBM secara daring menggunakan berbagai platform belajar online. Saat pandemi usai tentu saja guru harus bisa menyiapkan kembali pengajaran tatap muka dengan berbagai penyesuaian baru.
Sehingga menjadi guru di era saat ini memang perlu memiliki mental dan keterampilan yang mumpuni agar senantiasa terus beradapatasi dengan kondisi baru. Guru harus bisa menciptakan kondisi pembelajaran senormal mungkin dan tetap mengutamakan efektivitas pembelajaran.