7 Tanda Strategi Parenting Anda Sudah Bekerja

Parenting atau pola asuh anak merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung perkembangan fisik, emosional, intelektual, sosial, dan finansial seorang anak sejak bayi hingga dewasa. Hal ini wajib diterapkan oleh orang tua, sebab anda adalah guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal. Baik secara akademik maupun kehidupan secara umum.

Parenting atau pola asuh anak kemudian menjadi sesuatu yang sangat krusial dalam membentuk kepribadian seorang anak, sehingga orang tua perlu memiliki dasar pola asuh yang baik agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu menempatkan diri di masyarakat.

Setidaknya ada 3 jenis pola asuh yang dapat diterapkan orang tua agar bekal yang disiapkan dapat mencukupi kebutuhan anak hingga dewasa.

Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif merupakan pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Pola asuh ini tidak memberikan batasan yang tegas pada anak. Dapat dikatakan, orangtua akan mengikuti apapun yang anak inginkan sehingga ia cenderung tidak memiliki keteraturan dan kemampuan untuk meregulasi diri.

Tak hanya itu, orangtua biasanya memberikan tuntutan yang minim kontrol pada perilaku anak. Jika anak melakukan kesalahan, maka orang tua yang menerapkan pola asuh ini tidak pernah memberikan hukuman.

Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pola asuh dimana orang tua tidak memberikan ruang diskusi pada anak. Dalam kata lain, peraturan dibuat untuk mengontrol anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini sering kali terbilang keras terhadap anak dengan alasan mendidik. Anak harus patuh terhadap orang tua, dan kalau melanggar maka akan mendapatkan hukuman. Pola asuh otoriter biasanya lahir dari pola asuh serupa yang diterima orang tua ketika kecil.

Pola Asuh Autoritatif

Pola asuh autoritatif merupakan pola asuh dimana orang tua memberikan batasan perilaku yang jelas dan konsisten. Pola asuh ini tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak, tetapi mendorong adanya diskusi pada setiap hal yang perlu penjelasan. Sebagai contoh, orang tua menjelaskan pada anak terkait alasan diterapkannya sebuah peraturan bagi dirinya. Pola asuh ini merancang orang tua untuk tidak membebaskan dan menerima begitu saja perilaku anak, tapi juga tidak memberikan kontrol yang berlebihan. Anak akan diberikan kesempatan untuk mencoba dan bertanggung jawab pada pilihannya.

Yang perlu diingat adalah masing – masing orang tua berhak memutuskan pola asuh yang tepat untuk buah hati anda. Entah menggunakan pola asuh yang permisif, otoriter, atau autoritatif.

Saking pentingnya memiliki dasar pola asuh, hal ini memunculkan kekhawatiran orang tua, apakah pola asuh yang sudah diterapkan dapat menjadi bekal yang cukup saat anak beranjak dewasa nanti; apakah anak – anak bisa mandiri, menjadi pribadi yang baik, dan penuh empati? Kekhawatiran orang tua semakin jelas ketika membandingkan pola asuh yang mereka terapkan dengan pola asuh orang tua lain yang berbeda.

Ternyata ada tanda-tanda ketika pola asuh orang tua sudah berhasil diterapkan pada anak – anaknya. Untuk mengetahuinya, anda dapat mencocokkan 7 tanda strategi parenting anda sudah bekerja pada tulisan di bawah ini.

7 Tanda Strategi Parenting Orang Tua Sudah Bekerja kepada Anak

Menurut psikolog klinis Nadene van der Linden, terdapat 7 tanda yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui apakah pola asuh yang diterapkan orang tua sudah tepat untuk anak. Apa saja tanda tersebut?

1. Anak memperlihatkan emosinya di depan orangtua

Terkadang, memperlihatkan emosi secara gamblang atau bahkan mengungkapkannya secara lisan sangat sulit dilakukan orang dewasa, apalagi bagi mereka yang berusia belia. Anak – anak hanya dapat melakukannya ketika mereka sudah percaya sepenuhnya terhadap orang tua, sehingga tidak memiliki suatu kekhawatiran jika emosi yang diungkapkannya mendapat stigma buruk.

Menurut Linden, ketika anak sudah berani memperlihatkan emosinya di depan orang tua maka  hal tersebut merupakan pertanda penting bahwa anak merasa aman secara emosional dengan orang tuanya. Itu artinya, orang tua dinilai berhasil dalam mencontohkan kepada anak tentang cara mengekspresikan emosi dengan baik.

2. Anak datang ke orangtua saat menghadapi kesulitan

Tanda ke – dua yang menggambarkan kedekatan hubungan orang tua dan anak yang sangat dekat yaitu anak akan menjadikan orang tuanya sebagai tempat pertama saat menghadapi kesulitan. Ini artinya, anak sudah menganggap orang tua mereka sebagai pemecah masalah.

Hubungan seperti inilah yang memang seharusnya terjadi. Ini juga merupakan tanda bahwa anda sudah memberikan rasa aman, sehingga si Kecil mau mencari bantuan saat sedang ada masalah. Respons yang diharapkan anak tentu saja adalah orang tua mau mendengarkan cerita mereka terlebih dahulu. Dan yang paling penting, hindari memarahi atau menolak cerita anak ya. Hal ini justru bisa membuat anak menjadi ragu untuk bercerita lagi untuk kali kedua.

3. Anak bisa berdiskusi apapun tanpa takut reaksi orangtua

Sebagai orang tua, sudah sepatutnya kita merancang komunikasi yang mampu menerima, terbuka, dan fleksibel terhadap anak. Hal ini dikarenakan beberapa orang tua tanpa sadar membatasi komunikasi dengan anaknya melalui perilaku. Entah terlalu bereaksi terhadap pikiran atau perasaan yang tidak mereka sukai, mempertanyakan perilaku mereka sebagai orang tua, hingga ada pula orang tua yang justru menutup diri dan enggan mendengar keluhan anak. Sehingga timbul dalam pikiran anak untuk tidak mengungkapkan masalah agar tidak menambah beban orang tuanya.

Tetapi, ketika anak mau berdiskusi apapun tanpa takut reaksi orang tua maka hal itu merupakan tanda positif dari hubungan orang tua dan anak. Orang tua berhasil menerapkan strategi parenting yang tepat untuk anaknya. Yang terpenting adalah dengarkan terlebih dulu hal apa yang menjadi isi hati si kecil. Dengan begitu, anda bisa memahami perasaan anak seutuhnya. Hindari meremehkan anak karena bisa membuatnya jadi tidak percaya diri.

Cara yang Tepat Menyikapi Perbedaan Pendapat dengan Anak, Agar Tak Salah Paham
Istilah perbedaan pendapat ini sudah ada sejak lama, tetapi permasalahan ini masih sering terjadi sampai saat ini dan tidak bisa sepenuhnya dibiarkan begitu saja karena akan berdampak buruk ketika dibiarkan begitu saja.

4. Tidak melabel anak dengan julukan negatif

Anak – anak masih perlu banyak belajar untuk benar – benar memahami segala hal yang ia ingin dan perlu dilakukan. Sehingga tak jarang, orang tua akan menemukan berbagai kebiasaan anak yang mungkin tidak berkenan di hati mereka. Tetapi jangan jadikan hal tersebut sebagai sebuah pembenaran atas pembuatan julukan negatif untuk anak ya. Berharap anak akan peka terhadap sindiran, tetapi justru hal tersebut menjadi bumerang untuk tumbuh kembangnya. Apalagi jika label atau julukan negatif tersebut terdengar hingga ke telinga teman – teman sebayanya.

Oleh karena itu, hindari memberikan label atau julukan negatif seperti ‘si nakal’, ‘si cengeng’, atau ‘si malas’. Panggil saja dengan sebutan nama dan tanpa label. Julukan atau label negatif tersebut hanya akan membuat anak tidak percaya diri dan mudah emosi. Orang tua yang baik adalah yang memberikan umpan balik tetapi tidak mengkritisi perilaku berwujud pelabelan atau pembuatan julukan negatif tertentu.

5. Mendorong anak untuk mengejar minat dan bakat

Memberikan kesempatan untuk anak mengejar minat dan bakatnya merupakan salah satu tanda pengasuhan yang positif. Hindari memaksakan kehendak pada anak, terutama saat ia sudah mulai menemukan bidang yang disukainya. Saat anak didukung, ia akan menjadi lebih tekun dan dapat menjadi mahir. Apabila ia mengikuti kegiatan atau fokus di bidang tertentu yang hanya sebagai tuntutan orang tua, bisa jadi ia akan merasa terkendali dan tidak mau mengungkapkan pendapat.

Mengejar minat dan bakat akan membantu anak merasakan kepuasaan dalam meraih prestasi. Secara positif hal ini dapat membantu anak melewati masa remajanya dengan baik dan membantunya agar terhindar dari pengaruh buruk. Fokus anak pun jadi lebih teralihkan pada pengembangan minta dan bakatnya, bukan kepada hal yang tidak penting.

7 Cara Tepat Mengembangkan Bakat Anak
Bakat itu bisa berupa akademis, kesenian, olahraga, soft skill, dan lain sebagainya. Dalam tumbuh kembang anak, orang tua harus juga menyadari bahwa bakat memiliki pengaruh yang cukup penting dalam masa depan mereka masing-masing.

6. Terbentuknya batasan yang jelas

Perlu anda ingat. Meskipun hubungan anda dengan anak sudah dekat dan akrab, bukan berarti anak dapat berlaku sesukanya terhadap anda. Orang tua perlu menerapkan batasan agar anak mau berperilaku sopan.

Bimbingan yang tepat akan membantu anak untuk dapat memahami batasan tersebut. Jika ‘kebabalasan’ dan tanpa batasan, perilaku anak jutru bisa semakin hilang kendali dan jadi bermasalah seiring bertambahnya usia anak. Tidak sekadar tegas, memberi batasan juga membantu anak-anak merasa dicintai dan dihargai, bahkan jika mereka sebenarnya tidak menyukai batasan tersebut. Beberapa contoh batasan dan aturan yang perlu diterapkan orang tua yakni jadwal rutinitas sehari-hari dan bahasa sopan terhadap anggota keluarga.

7. Mau mengakui kesalahan

Salah satu tanda lain strategi parenting anda sudah bekerja yakni mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Selain bisa menjadi contoh positif untuk anak, hal ini juga akan membantu memperbaiki hubungan orang tua dan anak saat terjadi masalah. Bicarakan pada anak tentang kesalahan yang mungkin anda berdua lakukan, minta maaf dan diskusikan bagaimana cara untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Demikian artikel mengenai 7 tanda strategi parenting anda sudah bekerja. Ikuti blog.kejarcita.id untuk mendapatkan kumpulan artikel seputar pendidikan jarak jauh, usaha sosial dan inovasi teknologi.