7 Peran Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Banyak yang mengira bahwa baiknya mutu pembelajaran di sekolah bergantung pada fasilitas yang tersedia. Padahal kenyataannya kualitas proses belajar mengajar terletak pada guru. Seminim apapun fasilitasnya, guru adalah “fasilitas” terbaik yang dimiliki lembaga pendidikan.
Dalam definisi Kemendikbud, mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan sekolah secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku.
Peranan guru tidak sebatas memberikan materi pembelajaran berdasar kurikulum.
Tenaga pengajar memiliki peran penting dalam meningkatkan hasil pembelajaran yang lebih baik di sekolah. Berikut 7 peran guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
1. Sebagai Informator
Guru merupakan sumber informasi utama di sekolah. Setiap kegiatan belajar mengajar, guru sudah harus siap dengan pengetahuan yang berkualitas. Tak hanya itu, guru harus memiliki wawasan yang luas berkaitan dengan keilmuannya, wajib upgrading ilmu/ informasi terkini.
Sebagai contoh, guru mengikuti pelatihan, pembekalan kurikulum, membaca lebih banyak, dan juga harus berkoordinasi menginformasikan perkembangan tiap siswa pada wali murid.
2. Sebagai Organisator
Mengorganisir kegiatan belajar mengajar merupakan tugas penting guru. Pengelolaan kegiatan ini berupa aktivitas akademik seperti jadwal pelajaran, silabus, lalu aktivitas non akademik seperti ekstrakulikuler dan pengembangan diri siswa. Guru juga harus bisa mengatur kegiatan eksternal seperti lomba-lomba yang diadakan dinas pendidikan atau pihak swasta, menyiapkan siswa-siswi nya menghadapi kompetisi tersebut.
Biasanya di jenjang kelas paling tinggi, siswa akan menghadapi ujian akhir sekolah. Guru-guru harus bisa memaksimalkan siswanya dengan mengadakan jam tambahan khusus untuk persiapan ujian akhir dan diatur sedemikian rupa.
3. Sebagai Direktor/Pengarah
Guru merupakan teladan bagi siswa, jiwa kepemimpinannya harus kuat untuk memberikan pengarahan anak didik. Tanpa peran sebagai pengarah, guru tidak dapat menjadikan siswa-siswinya sesuai apa yang dicita-citakan.
Misalnya sekolah memiliki program hari “Jumat Bersih” yang mana setiap hari jumat setelah senam pagi, seluruh warga sekolah wajib kerja bakti di lingkungan sekolah demi terciptanya sekolah bersih dan rapi. Guru harus bisa mengarahkan seluruh warga sekolah, terutama siswa-siswinya untuk gotong royong membersihkan kelas dan lingkungannya. Hal ini tentunya dapat diterapkan di kegiatan akademis.
4. Sebagai Motivator
Karakter guru sangat mempengaruhi minat siswa dalam belajar. Siswa menyukai guru yang menyenangkan, tidak menekan dan menjelaskan materi dengan metode yang mudah dipahami. Guru yang seperti itu akan meningkatkan minat belajar siswa, mereka akan termotivasi dan berlomba-lomba menjadi yang terbaik.
Salah satu metode yang dapat meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan pemberian reward dan penguatan. Guru minimal memberikan pujian terhadap mereka yang memiki minat belajar tinggi dan memberikan penguatan motivasi pada siswa yang kurang bersemangat.
Sebagai tenaga pengajar juga harus mengetahui apa penyebab siswa kurang termotivasi, mungkin saja tidak ada dukungan dari keluarga, bullying atau kondisi mental tertentu. Setelah mengetahuinya, guru akan mudah menentukan cara apa untuk memotivasi siswa yang bersangkutan.
Cara lain yang bisa diberikan guru untuk memotivasi siswa-siswinya ialah dengan cara “Kelas Rekreasi”. Sediakan waktu seminggu sekali. Ajak anak didik untuk menonton film yang menggugah motivasi mereka. Film-film yang berkaitan dengan perjuangan meraih cita-cita, atau sekedar hiburan mendidik.
Manusia cenderung mengulangi hal-hal yang memiliki konsekuensi menyenangkan, dengan diberikan tayangan penuh motivasi, maka siswa tertarik untuk lebih giat dalam belajar untuk meraih mimpinya.
5. Sebagai Inisiator
Pentingnya inisiatif bagi seorang pendidik adalah menemukan jalan lebih efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Menciptakan cara/ metode baru dalam proses belajar mengajar akan membukakan pintu baru untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Guru dintuntut untuk menjadi inisiator, menciptakan ide-ide baru dan memberikan contoh pada siswa-siswinya.
Contohnya saat mata pelajaran biologi yang membahas tentang tanaman dikotil dan monokotil, guru melihat anak didiknya mulai bosan dan mengantuk. Saat itu juga guru berinisiatif mengajak siswa-siswinya untuk belajar di ruangan terbuka dan dengan contoh konkret, menunjukkan mana tumbuhan dikotil dan monokotil.
Biasanya guru yang penuh inisiatif mudah dalam membaca situasi kelasnya, mengetahui apa yang dibutuhkan siswa-siswinya dan memahami cara menyelesaikannya dengan ide-ide kreatif.
6. Sebagai Mediator
Peningkatan mutu pembelajaran, tak luput dari peran guru sebagai mediator. Ketika siswa mengalami kesulitan di tengah diskusi, guru wajib menjadikan dirinya mediator untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan kesimpulan. Peran ini meningkatkan inisiatif siswa untuk menemukan jawaban tanpa diberi tahu langsung, selain itu meningkatkan daya juang siswa dalam penyelesaian tugas.
Contohnya guru memberikan tugas Bahasa Indonesia untuk membuat kelompok drama. Lalu memberikan tema cerita rakyat, setiap kelompok mulai kebingungan dan berebut judul dramanya. Untuk mengefisienkan waktu, guru menjadi mediator dengan memberikan ide “mengundi judul” sehingga setiap kelompok mendapatkan judul tanpa berebut dan adil.
7. Sebagai Fasilitator
Kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan tanpa adanya fasilitas. Di sini yang dimaksud fasilitas bukan hanya tools atau yang berupa benda seperti buku, papan tulis dan semacamnya, melainkan dalah guru itu sendiri. Guru sebagai fasilitator bertanggung-jawab atas berjalannya proses pembelajaran, suasana kelas yang nyaman, cara penyampaian yang mudah dipahami dan memilih bahan ajar apa yang cocok di setiap mata pelajaran.
Sebagai contoh, siswa kelas 6 SD akan menghadapi ujian akhir sekolah untuk menenutukan kelulusan. Sebagai fasilitator, guru membuat kelas tambahan agar siswa-siswinya memiliki kesempatan mempelajari materi lebih dalam dan mengerjakan latihan soal.
Selain peran yang sudah disebutkan diatas, final dari kegiatan belajar mengajar adalah evaluasi. Guru memiliki peran sebagai evaluator, menilai segala bentuk pembelajaran dan bertanggung-jawab atas hasil tersebut. Selain mengevaluasi siswa, guru juga harus mengevaluasi cara mengajarnya apakah sudah efektif atau tidak.
Pendayagunaan alat/bahan ajar juga mempengaruhi mutu pembelajaran, harus ada evaluasi alat tersebut memiliki efisiensi dalam proses belajar mengajar atau malah tidak efisien.
Hal-hal lain yang mempengaruhi mutu pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi
Cara guru menyampaikan akan berpengaruh terhadap kualitas penerimaan siswa. Komunikasi yang baik akan menghasilkan output yang baik pula.
b. Penampilan Guru
Guru di sekolah akan menjadi pusat perhatian selama proses belajar mengajar, berpenampilan rapi dan sopan adalah kuncinya. Jangan berpenampilan mencolok karena fokus siswa akan teralihkan pada penampilan guru.
c. Alat Pendukung
Di era gadget ini, mutu pembelajaran dapat ditingkatkan dengan meng-upgrade alat-alat yang lebih canggih, misalnya dengan penggunaan LCD proyektor, laptop dan semacamnya.
d. Lingkungan yang Kondusif
Kegiatan belajar mengajar tidak akan efisien jika lingkungan sekolah tidak kondusif, misalnya sekolah berada di tengah industri yang amat sangat ramai. Lingkungan sekolah yang kurang bersih dan semacamnya.
Dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, memang tanggung jawab sebagai tenaga pengajar sangat besar bagi generasi penerus. Kualitas pendidikan ditentukan oleh siapa gurunya, bagaimana cara mengajarnya dan apa saja yang diajarkan di sekolah. Semoga artikel ini dapat menginspirasi para guru untuk lebih produktif dalam memicu kualitas pendidikan.