7 Kebiasaan Penting untuk Anak Agar Bisa Mudah Mengerjakan AKM

Sudah tahu kabar Ujian Nasional yang diganti menjadi Asesmen Nasional di tahun 2021 mendatang? Atau anda masih bingung dengan ketentuannya? Pada intinya menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan bahwa perubahan mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, akan tetap mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.

Kenapa UN (Ujian Nasional) diubah menjadi Asesmen Nasional? Mendikbud mengharapkan perubahan standar kelulusan dari Ujian Nasional menjadi Asesmen Nasional bisa mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik di Indonesia. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar bisa menjadi bekal bagi generasi muda di masa depan.

Lalu bagaimana cara menyiapkan peserta didik agar siap menghadapi AKM ini? Selain belajar, tentu juga perlu melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang mendukung untuk mengerjakan AKM ini.

Tentang AKM

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

AKM tidak berbasis mapel (mata pelajaran). Jadi jangan sampai guru menanyakan kisi-kisi AKM. Jangan ada yang bertanya tentang kisi-kisi Kimia itu seperti apa? Atau kisi-kisi Biologi itu seperti apa?.

Seluruh mapel memilki kontribusi yang sama dalam memberikan ilmu dasar kepada anak. Ilmu dasar yang dimaksud adalah literasi membaca dan literasi numerasi.

Dua hal tersebut bisa disokong oleh berbagai mata pelajaran. Mungkin untuk teks-teks yang sifatnya sastra daya dukungnya ada di Bahasa. Lalu untuk numerasi, konten-konten terkait Aljabar itu didukung oleh Matematika.

Biasanya, literasi disokong oleh mapel bahasa, numerasi disokong oleh matematika. Tapi dalam AKM semua mapel berkontribusi sama. Guru harus mempersiapkan murid menghadapi AKM.

Soal dan pembelajaran merupakan dua mata pisau yang saling terkait. Guru tidak akan bisa memberikan soal jenis AKM atau mengembangkan soal yang HOTS jika pembelajarannya juga tidak HOTS.

Hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana jika terkait dengan mapel guru menuju pembelajaran yang HOTS agar anak-anak nanti juga bisa mengikuti ketika diberikan soal HOTS.

Siapa saja yang nantinya mengikuti AKM ini? Berikut adalah pihak-pihak yang berpartisipasi dalam AKM.

· Diikuti oleh seluruh satuan pendidikan / sekolah tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM.

· Diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Pemilihan ini akan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. Satuan pendidikan tidak diperkenankan mengganti sampel murid karena dapat memengaruhi hasil dan tindak lanjut perbaikan pembelajaran.

· Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir program belajarnya.

· Diikuti oleh guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan.

Tujuan AKM

AKM dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. AKM bisa memberikan informasi mendetail seputar proses pendidikan. Informasi yang didapat saat assesmen sangat akurat dan dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Asesmen Nasional dilakukan untuk mengevaluasi kinerja satuan pendidikan dan sekaligus menghasilkan informasi untuk perbaikan kualitas belajar mengajar, yang kemudian diharapkan berdampak pada karakter dan kompetensi murid.

Informasi dari survei lingkungan belajar diperlukan untuk merumuskan dan menguji dugaan tentang mengapa murid di sekolah tertentu memiliki hasil belajar yang baik atau buruk.

Indikator AKM

Literasi dan numerasi merupakan indikator dalam penilaian AKM. Literasi dan numerasi merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan dibutuhkan oleh semua murid, terlepas dari apa profesi dan cita-citanya di masa depan. Selain itu, kedua kompetensi ini perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Hal ini pun bertujuan untuk mendorong guru semua mata pelajaran untuk lebih fokus pada pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis.

Literasi membaca meliputi kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah, dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.

Adapun literasi numerasi meliputi kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat Matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.

Pelaksanaan AKM untuk murid kelas VIII jenjang SMP/MTs, serta kelas XI jenjang SMA/MA, dan SMK akhir Maret 2021. Sedangkan pelaksanaan AKM untuk murid kelas V jenjang SD/MI adalah di bulan Agustus 2021.

Murid kelas V akan mengerjakan 30 soal untuk masing-masing literasi membaca dan numerasi. Sedangkan murid kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 soal. Tidak ada skor/nilai minimum dalam AKM. AKM melaporkan persentase murid dalam setiap level kompetensi. Diharapkan semua murid mencapai level kompetensi cakap atau mahir. Agar bisa menguasai Asesmen Nasional, murid harus mempelajari konsep setiap materi pelajaran dengan baik, bukan hanya menghafal materi.

Kebiasaan Penting untuk Anak Agar Bisa Mudah Mengerjakan AKM

Agar bisa mudah mengerjakan AKM, anak perlu melakukan beberapa kebiasaan penting yang mendukung. Berikut 7 Penting untuk Anak Agar Bisa Mudah Mengerjakan AKM.

1. Gemar membaca

Kemampuan literasi menjadi salah satu indikator dalam AKM. Maka sangat penting bagi murid untuk memiliki kebiasaan gemar membaca. Kebiasaan ini akan membuat murid bisa lebih mudah memahami isi bacaan. Tentu ini akan sangat dibutuhkan dalam mengerjakan soal AKM nantinya.

8 Tips Mudah Mengajarkan Siswa Literasi Digital
Literasi Digital adalah kemampuan dalam memanfaatkan teknologi. Literasi digital ini sangat penting diajarkan kepada siswa di sekolah.

2. Sering mengerjakan latihan soal

Lakukan kebiasaan mengerjakan latihan soal AKM. Khusunya soal numerasi. Semakin sering mengerjakan latihan soal, akan semakin mudah memahami rumus-rumus dan soal numerasi yang akan menjadi salah satu indikator pelaksanaan AKM.

3. Baca soal dengan teliti dan hati-hati

Kebiasaan murid adalah tidak membaca soal dengan baik namun berambisi untuk melihat pilihan jawaban yang tersedia. Ini suatu kekeliruan yang sering dilakukan oleh murid. Murid akan bingung sendiri ketika pilihan yang tersedia terkesan hampir sama. Oleh sebab itu penting untuk membaca dan memahami pernyataan soal dengan teliti dan berhati-hati. Kebiasaan mengerjakan soal harus diubah. Baca soal dengan teliti dan hati-hati.

4. Kerjakan terlebih dulu soal yang dianggap paling mudah

Kebiasaan murid mengerjakan soal dimulai dari nomor 1 sampai seterusnya secara berurutan. Tidak perlu seperti itu. Jika terasa sulit nomor satu, tinggalkan saja kemudian lanjutkan soal berikutnya yang dirasa lebih mudah. Ubah kebiasaan mengerjakan soal secara berurutan, ganti dengan mengerjakan soal-soal yang dianggap mudah terlebih dahulu.

5. Cari dan coret pilihan jawaban yang salah

Jika kebiasaan nomor (2) sudah dilakukan, kebiasaan selanjutnya  yang harus dilakukan adalah melihat kembali soal yang agak sulit. Caranya, cari pilihan yang dianggap salah kemudian coret sehingga tersisa satu pilihan. Nah, pilihan inilah yang dianggap sebagai pilihan yang benar dan diisikanpada lembaran jawaban.

Berikut 7 Kelebihan AKM Dibandingkan UN
Mulai tahun 2021, Ujian Nasional akan diganti. Adapun penggantI standar evaluasi baru yaitu Asesmen Nasional yang terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum, Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.

6. Perhitungkan jumlah soal dan target nilai

Kebiasaan yang tak kalah penting  untuk dilakukan adalah memperhitungkan jumlah soal dan jumlah target nilai. Jika jumlah soal 50 butir, berarti nilai 1 soal adalah 0.2. Jika benar menjawab sebanyak 25 butir soal maka akan memperoleh nilai 5.0. Untuk memperoleh nilai minimal 6.0 harus menjawab benar sebanyak 24 soal.

7. Jangan biarkan ada jawaban kosong

Ini kebiasaan penting. Sebelum diserahkan kepada pengawas ujian, pastikan semua soal sudah terjawab dalam lembaran jawaban. Jika ada beberapa soal yang betul-betul tidak bisa mengerjakannya, jawab saja dengan cara menebak atau memilih secara acak salah satu pilihan. Ini masih berpeluang untuk menjawab pilihan yang benar ketimbang dibiarkan kosong.