7 Hal yang Sebaiknya Anda Tahu dari Sistem Pembelajaran di Finlandia
Dalam bidang pendidikan, Finlandia selalu menjadi cermin bagi negara-negara lain di seluruh dunia. Negara nordik dengan populasi yang tidak sebanyak Indonesia ini mampu mengalahkan Negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat. Hal tersebut dibuktikan dengan peringkat yang diraih oleh para pelajar Finlandia dalam Internasional Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Mereka meraih posisi tertinggi berkat sistem pendidikan yang kreatif dan berkualitas.
Finlandia bahkan diakui menjadi salah satu negara yang paling bahagia karena pola pendidikan serta gaya hidup yang dijalani oleh masyarakatnya. Tidak heran jika banyak negara yang memilihnya sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Bagi Anda yang berprofesi sebagai guru, wajib kiranya mengetahui apa saja yang membuat Negara tersebut berhasil melahirkan SDM yang unggul. Melalui 7 sistem pembelajaran di Finlandia berikut ini, Anda akan banyak menemukan inspirasi.
1. Siswa Diberi Banyak Waktu Bermain
Masa anak-anak merupakan zona emas yang harus dilalui dengan sebaik mungkin. Bagi guru-guru Finlandia, siswanya harus tetap menjadi anak-anak selama masa belajarnya. Mereka tidak menuntut mereka untuk tumbuh lebih cepat dari usianya. Oleh karena itu waktu bermain menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
Setiap sekolah memberlakukan istirat sebanyak 15 menit dalam setiap 45 menit waktu pembelajaran. Waktu istirahat tersebut diarahkan pada siswa untuk bermain dan bergurau dengan teman-temannya. Alhasil, para peserta didik ini tidak merasa stress saat harus menerima materi baru dari gurunya.
Penelitian berkali-kali telah dilakukan oleh praktisi pendidikan di Finlandia. Metode pemberian waktu bermain 15 menit tersebut ternyata menunjukkan progress yang signifikan. Terbukti bahwa siswa menjadi pribadi yang berperilaku lebih baik serta dapat mengerjakan tugas dengan kualitas yang bagus.
2. Guru Jarang Memberi PR
Pentingnya aktifitas bermain untuk anak-anak juga mendorong para guru di Finlandia agar tidak memberikan PR pada siswanya. Meskipun ada PR, pasti dengan kualitas yang tidak menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikannya. Guru justru lebih fokus pada aktifitas pembelajaran yang meningkatkan karakter anak. Mereka pun bertanggung jawab untuk mengobati luka emosional yang dialami masing-masing siswa agar dapat tumbuh dengan baik.
Pemberian PR yang sangat sedikit ini tidak serta merta menjadi kebijakan dari sekolah. Namun terdapat saling keterbukaan dan kepercayaan dengan orang tua. Wali siswa percaya bahwasanya guru telah memenuhi kebutuhan pendidikan anak selama di sekolah. Begitu pun dengan guru, mereka yakin waktu yang dihabiskan siswa di rumah bersama keluarga adalah moment terbaik untuk belajar tentang kehidupan.
3. Tidak ada Ujian Nasional
Selain jarang memberi PR, sekolah pun tidak memberlakukan ujian nasional. Mengapa demikian? Segala sistem pembelajaran yang dilaksanakan di sana murni berasal dari masing-masih tenaga pendidik yang bertugas. Pemerintah Findlandia membebaskan mereka dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar tanpa intervensi. Kebijakan tersebut memudahkan pihak sekolah untuk bereksperimen sebaik mungkin dalam menghasilkan kualitas pendidikan.
Masyrakat Finlandia berpendapat mengenai ujian yang belebihan tidak baik untuk pertumbuhan anak. Hal tersebut akan menghambat perkembangan potensi serta bakat yang dimiliki siswa. Mereka menjadi lebih fokus pada kompetisi untuk mendapat nilai bagus secara tidak tepat.
Terdapat satu ujian saja yang diberlakukan untuk para pelajar Finlandia. Ujia tersebut dilakukan di usia 16 tahun yang bertujuan untuk mengetahui kualifikasi mereka menuju jenjang perkuliahan. Tidak ada standar nilai minimal yang harus dicapai. Mereka hanya perlu menggali sebanyak mungkin ketertarikan mereka pada bidang tertentu. Cara ini sangat efektif meminimalisir terjadinya salah masuk jurusan di Perguruan Tinggi.
4. Guru Finlandia Berkualitas Tinggi
Keseriusan Finlandia dalam mengelola pendidikan juga terlihat dari kualitas guru yang dipilih. Di Negara tersebut, guru dianggap sebagai sebuah profesi yang mulia dan terhormat. Gaji mereka pun sangat menggiurkan melebihi para insinyur dan dokter. Namun kualifikasi yang wajib dipenuhi oleh para guru juga sangat ketat. Mereka harus bergelar master dan masuk dalam 10 besar lulusan terbaik di kampusnya. Tidak hanya itu, para guru wajib melalui tahap pendidikan profesi seperti halnya dokter.
Agar memuluskan kebijakan tersebut, pemerintah memberikan subsidi yang banyak untuk para guru dalam menyelesaikan program master. Selain itu, hasil penelitian tesis mereka juga dipublikasikan. Setiap minggu para guru ini diberikan akses 2 jam untuk pengembangan profesi. Investasi pemerintah Findlandia memang patut diacungi jempol dalam bidang pendidikan. Mereka percaya bahwa dengan memberikan fasilitas terbaik kepada para guru, kondisi Negara pun akan terus maju. Masa depan bangsa berada di tangan mereka.
5. Tidak Berlaku Sistem Ranking
Kompetisi dalam belajar untuk menjadi terbaik di antara siswa lain memang sengaja tidak didukung di Findlandia. Setiap anak itu pintar dan punya kecerdasan masing-masing. Begitulah mindset yang selalu ditanamkan pada siswa. Para guru tidak ingin anak didiknya merasa bodoh hanya karena tidak mendapatkan rangking. Siswa bisa lulus sesuai dengan kemampuan serta skill yang ia miliki.
Dengan demikian, mereka menjadi percaya diri untuk terus menggali potensi dirinya tanpa ada rasa terdeskriminasi di sekolah. Mereka tidak akan mudah membandingkan dirinya dengan orang lain. Guru menerapkan metode yang membuat mereka hanya perlu membandingkkan hasil belajarnya saat ini dengan hasil sebelumnya.
6. Metode Belajar yang Santai
Waktu yang dihabiskan siswa di sekolah hanya berkisar 4-5 jam setiap hari. Pola pembelajaran yang santai membuat siswa senang menerima materi. Didukung pula dengan kemampuan para guru yang kreatif saat mengajar. Salah satu contohnya yakni guru-guru di sana menenkankan siswa agar lebih senang membaca dari pada bisa membaca. Siswa juga dibiasakan berpikir kritis dari pada sibuk berlomba-lomba untuk bisa cepat menulis.
7. Finlandia Tidak Mengabaikan Hasil Penelitian
Sikap ini lah yang sangat peting untuk ditiru dari sistem pendidikan Finlandia. Negara maju sekelas Amerika Serikat tidak dapat menyaingi Negara nordik tersebut karena mengabaikan hasil penelitian. Namun para praktisi pendidikan di Finlandia selalu belajar dari setiap penelitian yang dilakukan mengenai metode belajar yang efektif.
Ketika ada teknik belajar yang buruk, maka dengan sigap mereka segera memperbaikinya atau mengganti dengan metode yang baru. Begitu pun saat ada data dari penelitian yang bagus untuk pengembangan pendidikan, mereka akan segera menerapkannya. Semakin berkualitas hasilnya karena penelitian tersebut tidak dicampuri urusan politik pemerintah. Semua sistem pendidikan yang dijalankan di Finlandia berdasarkan data dalam penelitian dan eksperimen secara berkala.
Investasi pemerintah Finlandia pada pendidikan sangat tampak dari 7 poin di atas. Sistem pembelajaran yang diterapkan menjadi tidak sia-sia karena semua elemen yang berkaitan dengan pendidikan difungsikan sesuai porsinya. Bagi Anda yang saat ini berprofesi sebagai guru, teruslah berinovasi untuk kemajuan SDM Indonesia. Semoga informasi mengenai sistem pembelajaran di Finlandia ini memberi Anda inspirasi dan motivasi!