5 Tips Menjadi Guru yang Banyak Disukai Murid
Menjadi seorang guru yang disukai murid di zaman milenial sekarang tantangannya cukup sulit. Anak-anak generasi milenial cenderung merasa paham semuanya. Tentu saja ini karena banyaknya informasi yang tersedia secara gratis dunia maya. Anak-anak menjadi overload knowledge, sehingga cenderung merasa lebih pintar dari guru. Anak-anak yang kurang mendapat pendidikan karakter dari rumah, akan bersikap seenaknya pada guru. Mulai dari membantah perkataan guru, membangkang tugas yang diberikan guru, dan tindakan tidak sopan lainnya.
Sepertinya menghadapi murid zaman sekarang membutuhkan keahlian yang lebih. Tidak cukup hanya bermodalkan pengetahuan tentang materi pelajaran, melainkan juga pengetahuan lain sebagai ilmu pendukung. Hal ini dikarenakan perubahan zaman yang tidak bisa kita hindari. Ilmu pengetahuan yang terus berkembang ibarat dua sisi mata pisau bagi manusia. Anak-anak yang terpapar kemajuan teknologi ini membutuhkan bimbingan dari guru yang juga mengikuti perkembangan teknologi. Oleh karena itu, seorang guru wajib menambah ilmunya setiap saat agar dapat selangkah lebih maju dari anak-anak muridnya. Setidaknya usaha ini dilakukan agar menjadi seorang guru yang disukai murid.
Seorang guru tak ubahnya orangtua pengganti bagi anak-anak murid di sekolah. Bahkan ada orangtua yang merasa kesulitan mengarahkan anaknya, lalu mereka meminta bantuan bapak atau ibu guru untuk mendidik anaknya. Di beberapa daerah, profesi guru sangat dihormati di kalangan masyarakat. Jika terjadi suatu masalah di lingkungan masyarakat yang melibatkan hubungan anak dan orangtua, atau kenakalan anak-anak, maka bapak atau ibu guru yang akan diminta bantuannya. Ini karena hubungan guru, murid, dan orangtua terbina dengan baik. Lalu, bagaimana caranya agar bisa menjadi guru yang disukai murid? Berikut ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan agar menjadi guru yang disukai murid.
Memiliki kepribadian yang kuat
Seorang guru yang disukai murid harus memiliki kepribadian yang kuat. Tentunya kepribadian yang positif, seperti rasa percaya diri saat berhadapan dengan murid. Jangan sampai guru yang mengajar menjadi gugup ketika menjelaskan pelajaran di depan kelas.
Kepribadian positif lainnya adalah memiliki emosi yang stabil. Seorang guru yang tidak memiliki emosi yang stabil, cenderung baperan. Ada kejadian yang tidak enak di kelas, langsung merasa tersinggung, sedih, atau bahkan menangis. Guru seperti ini akan langsung meninggalkan kelas tanpa ada usaha untuk menjernihkan masalah yang terjadi di kelas.
Ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, ada wakil murid yang datang pada guru untuk meminta maaf atas perlakuan teman-teman sekelasnya. Biasanya ini menjadi tugas ketua kelas. Kedua, tidak ada wakil murid yang datang, dan guru terpaksa melupakan kejadian tersebut, lalu mengajar kembali di pertemuan berikutnya. Ketika terjadi masalah lagi, kemungkinan besar guru akan melakukan hal yang sama dan mengungkit kesalahan murid terdahulu. Hal ini sangat menjengkelkan bagi muridnya, karena guru seperti layaknya anak kecil yang suka ngambek, tanpa usaha menyelesaikan keributan yang terjadi. Sifat seperti ini juga mengesankan bahwa guru adalah sosok yang tidak bertanggungjawab, dan selalu lari dari masalah. Sebaiknya hindari sifat seperti ini jika ingin menjadi sosok guru yang disukai murid.
Kepribadian positif lainnya adalah menjadi role model atau contoh nyata bagi anak didiknya. Seorang guru harus memiliki sikap yang terpuji, berbuat baik, sopan santun, dan mengayomi murid-muridnya. Seperti pepatah yang mengatakan ketika guru kencing berdiri, maka murid akan kencing berlari. Ini artinya tindakan seorang guru, baik atau buruk akan ditiru oleh muridnya. Oleh karena itu, seorang guru harus berhati-hati dalam bertindak, agar menjadi contoh yang baik bagi muridnya. Guru harus bisa menjadi panutan dan idola bagi murid-muridnya, sehingga guru akan disukai murid.
Penguasaan terhadap materi ajar
Seorang guru sebaiknya melakukan persiapan sebelum memasuki ruang kelas. Persiapan ini meliputi pemahaman akan materi yang akan disampaikan. Jangan sampai guru tidak paham dengan materi yang akan diajarkan, apalagi di zaman sekarang yang mana anak-anak cenderung lebih pintar dari guru. Ibarat seorang prajurit yang akan pergi perang, seorang guru juga harus menyiapkan amunisi yang banyak sebelum memasuki ruang kelas. Amunisi itu berupa sifat-sifat positif yang harus dimiliki guru, seperti sifat kreatif dan inisiatif.
Seorang guru harus kreatif saat berhadapan dengan murid-muridnya. Khususnya saat menjelaskan pelajaran yang agak rumit. Jangan menjelaskan sesuatu yang rumit dengan lebih rumit lagi. Lakukan dengan alat peraga yang mudah didapat agar anak murid bisa lebih cepat mengerti. Oleh karena gaya belajar anak yang berbeda-beda, maka cara mengajar guru pun harus berubah-ubah. Terkadang gunakan media suara agar anak audio bisa mencerna pelajaran dengan baik. Sesekali gunakan gambar atau alat peraga agar anak bisa menerima pelajaran dengan baik.
Selain itu, guru juga harus memiliki inisiatif yang tinggi dalam menghadapi anak-anak muridnya. Dalam setiap kelas, selalu ada murid yang dominan dibandingkan murid lainnya. Guru harus ada inisiatif agar dapat memancing murid-murid lainnya untuk ikut berinteraksi dalam proses belajar-mengajar. Bisa dengan mengadakan semacam permainan, teka-teki, atau kuis dengan hadiah sederhana. Intinya adalah untuk memancing anak-anak murid yang pemalu agar mau berinteraksi di kelas. Jangan kaget, jika guru malah menemukan bakat-bakat terpendam dari anak-anak murid ini.
Bersikap ramah dan bersahabat
Bersikap ramah dan bersahabat ini berlaku untuk semua orang, tidak hanya bagi guru. Kenyataannya ada oknum guru yang bersikap angkuh pada muridnya. Seperti menjaga jarak atau sering disebut anak-anak sekarang dengan jaim atau jaga image. Jika bertemu di luar jam sekolah, seperti pura-pura tidak melihat, sehingga murid yang berniat menegur menjadi kecewa. Adalah wajar jika guru sulit mengingat nama murid, karena memang jumlahnya banyak. Tetapi guru biasanya akan mengingat wajah-wajah anak didiknya. Seringkali, jika ketemu di luar jam sekolah, murid yang menyapa guru harus memberitahukan kelas asalnya supaya sang guru dapat mengenalinya.
Akan tetapi, ini tidak berlaku bagi guru yang jaim atau jaga image tadi. Anak-anak akan merasa dijauhi oleh guru, sehingga mereka merasa tidak perlu berlaku baik atau sopan terhadap guru. Khususnya ketika berada di luar lingkungan sekolah. Guru seperti ini tidak akan disukai murid, malahan mereka akan merasa jengah dan menjauh.
Tidak ada salahnya sesekali guru bercanda dengan murid, membuat kegiatan bersama, atau menikmati waktu bersama. Sesekali buatlah kegiatan sederhana yang memancing kreativitas murid. Tidak perlu kegiatan mahal yang membutuhkan biaya, cukup kegiatan sederhana saja dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Misalnya, sesekali belajar di lapangan terbuka mengamati alam sekitar dan menuliskannya dalam bahasa Inggris.
Memperhatikan murid
Seorang guru yang memperhatikan murid akan menjadi guru yang disukai murid. Mengapa demikian? Setiap orang senang diperhatikan, tak terkecuali murid-murid. Mereka akan tersentuh dengan perhatian dari guru. Misalnya, ketika ada murid yang terlihat tidak bersemangat di sekolah, guru yang perhatian akan mendekati anak dan memancingnya untuk bercerita. Apakah si anak ada masalah yang membuatnya sedih dan tidak fokus belajar? Apakah si anak mengalami kejadian buruk di rumah?
Guru yang pengertian memiliki kemampuan untuk melakukan pendekatan pada anak dan menanyakan masalahnya. Tidak hanya sekadar menjadi tempat curhat, guru pun harus berusaha membantu kesulitan anak murid. Apalagi jika murid mengalami masalah yang serius dan membutuhkan bantuan orang dewasa. Seperti misalnya, anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, atau anak-anak yang sering dibully teman sekelasnya. Hendaknya guru jangan menutup mata dengan kemungkiann terjadinya hal-hal begini. Media kita bahkan mencatat beberapa kejadian tragis yang berawal dari anak murid yang murung, tidak semangat sekolah, dan selalu menyendiri. Memberikan sedikit perhatian pada murid seperti ini bukanlah hal yang sulit. Hanya membutuhkan kemauan dan kasih sayang guru. Percayalah, murid yang berperangai keras sekalipun akan terketuk hatinya jika mendapat perhatian seperti ini. Dijamin, guru akan disukai murid jika melakukan hal ini.
Bersikap tegas bukan galak
Di lingkungan anak-anak ada istilah guru killer. Istilah ini ditujukan pada sosok guru yang super galak, terlalu tegas tanpa ada toleransi sedikitpun. Guru seperti ini cenderung tidak disukai murid. Mereka mungkin patuh pada guru, tapi hanya di depan saja. Ketika di belakang guru, mereka akan melawan bahkan memperolok guru. Guru killer sebenarnya memiliki sisi positif yaitu menegakkan disiplin bagi murid. Sayangnya, tidak semua anak mau menurut dan pasrah dengan kemauan guru. Ada yang sifatnya membangkang, dan ini yang bahaya. Seperti sebuah bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu. Sebaiknya hindari menjadi seorang guru killer, tetapi jadilah guru yang disukai murid.
Jika ingin menjadi guru yang disukai murid, hindari bersifat terlalu galak. Ingat, bersikap tegas dan galak itu berbeda. Guru bisa bersikap tegas terhadap ketentuan-ketentuan sekolah yang sudah menjadi peraturan. Misalnya, tidak boleh datang terlambat. Akan tetapi jika terlambatnya karena alasan yang sangat urgent seperti mengantar orang tua ke rumah sakit, maka guru harus memberikan toleransi pada murid. Sikap toleransi ini akan membuat guru disukai murid.
Memang tidak mudah untuk menjadi seorang guru yang disukai murid. Membutuhkan latihan terus-menerus dan jam terbang yang tidak sedikit. Hal ini ditentukan juga oleh karakter guru, pengalaman hidupnya, serta wawasan ilmu pengetahuan sang guru. Seorang guru sejatinya akan semakin bijaksana seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidupnya. Selain itu, dibutuhkan kemauan yang keras di dalam diri untuk menjadi sosok guru yang disukai murid.
Selain itu, guru juga harus menjalin hubungan baik dengan orangtua atau wali murid. Ini diperlukan akan tercipta suasana yang harmonis dalam proses belajar dan mengajar. Orangtua tidak boleh lepas tangan terhadap pendidikan anaknya, sebagus apapun lembaga pendidikan yang dipilih. Akan tetapi, orangtua harus mau bekerja sama dengan guru, dan mendengarkan arahannya, demi kemajuan anak. Jika hal ini dilakukan, maka dunia pendidikan Indonesia akan menuju arah yang lebih baik, serta bapak dan ibu guru akan disukai murid.